Pembahsan mengenai teologi pembebasan dalam diskusi dan seminar memang masih terasa asing dan sulit dipahami oleh sebagian masyarakat. Sering kali pembahsan atau diskusi semacam ini sering dicurigai sebagai gerakan pemikiran kiri (subversif) semasa orede baru bahkan era reformasi seperti saat ini. Walaupun era keterbukaan dan kebebasan berpikir sudah dijunjung tinggi realitanya diskursus tentang teologi pembebasan masih saja dianggap sinis.
 Presepsi bahwa diskusi teologi pembebasan merupakan alfiliasi dengan gerakan komunis disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor yang pertama adalah kesalahpahaman mengenai tema teologi pembebasan, kedua karena teologi pembebasan merupakan istilah yang lahir dari tradisi kristiani, yang berada di Amerika Latin dan jarang dikenal dalam tradisi keilmuan dan pemikiran Islam. Ketiga, karena teologi pembebasan sedikit banyak diinspirasikan oleh pemikiran Marxisme yang mana dalam perpolitikan Indonesia sudah memiliki catatan sejarah yang kelam di tahun 1965.
 Pembahsan dalam tulisan ini dimaksudkan untuk mengklarifikasi asumsi-asumsi yang menjadi kecurigaan dan pertanyaan diberbagai kalangan saat mendiskusikan tema teologi pembebasan.Selanjutnya bertujuan untuk mendalami sejarah dan melacak akar pemikiran dari teologi pembebasan, apakah tema ini cocok untuk diwacanakan dan diamalkan dalam setiap agama agar setiap pemeluk dan tokoh agama memiliki pemikiran serta tindakan transformatif dan rasional.
 Istilah teologi pembebasan pada awalnya diperkenalkan oleh teolog Katolik di Amerika Latin. Para teolog ini sedang membedakan antara metode teologi pembebasan dan teologi tradisional. Teologi tradisional adalah teologi yang membahas tentang Tuhan seperti dimana Tuhan, sifat Tuhan dan lain sebagainya. Sedangkan teologi pembebasan adalah cara atau metode teologi  yang berasal dari refleksi iman di tengah realitas kehidupan bermasyarakat, metode ini adalah metode teologi yang turut peduli dan prihatin terhadap mereka yang dilanda ketidak adilan, kemiskinan, kebodohan, penindasan. Cerminan keimanan dalam realitas sosial, untuk membentuk solidaritas terhadap kalangan yang lemah.
 Teologi pembebasan adalah teologi yang berupaya untuk membebaskan manusia dari ketertindasan, menjunjung harkat dan martabat manusia, melwan segala bentuk perampasan kekayaan sumberdaya alam oleh segelintir orang. Apalah artinya beragama, beribadah namun masih lalai atau tidak perduli terhadap kaum lemah, tidak mau memberi makan fakir miskin, tidak tergerak ketika sumberdaya alam dikespolitasi sedangkan hasilnya tidak dinikmati bersama untuk kesejahteraan bahkan meninggalkan kerusakan lingkungan yang membawa mala petaka.
 Ada banyak istilah yang kita kenal ketika mendiskusikan teologi pembebasan yang secara substansi sama dengan teologi pembebasan. Seperti teologi pemerdekaan (Romo Mangun), kiri Islam (Hasan Hanafi), teologi alma'un (gerakan Muhamadiyah), tauhid sosial (Amin Rais). Tema tersebut menekankan pada nilai-nilai sosial dalam teologi seperti keadilan, persamaan, dan pemerataan, jadi agama yang dianut bukan hanya sebatas melakukan kegiatan ritual saja namun kehadiran agama harus memberikan solusi untuk masalah-masalah sosial, terutama masalah sosial yang merupakan persoalan struktural bukan murni kesalahan masyarakat melainkan faktor kebijakan negara yang merugikan masyarakat.


Penulis adalah aktivis mahasiswa
Sumber tulisan dari buku:
Tauhid Sosial (Amin Rais)
Manifesto Wacana Kiri (Nursayid Santoso Kristeva)