Filusuf adalah seseorang yang menghasilkan pemikiran filsafat. Pada kesempatan kali ini kami akan mengulas bagaimana seorang filusuf berpikir sehingga menghasilkan filsafat. Penjelasan ini menarik karena kita akan berlatih berpikir seperti seorang filusuf yang menghasilkan filsafat. Berpikir seperti filusuf biasa disebut sebagai berfilsafat.
 
 Agar kita bisa mengetahui dan membuktikan secara konkret apakah kita sudah benar-benar paham dengan filsafat, kita bisa mengambil koran, buku, majalah atau yang lainnya untuk dibaca. Apabila kita sudah bisa menyimpulkan isi atau pemikiran yang tercantum dalam bacaan buku tersebut, apakah pemikiran filsafat atau bukan, berarti kita sudah paham dengan filsafat. Untuk mengetahui lebih jauh tentang ciri-ciri orang yang berpikir ala filusuf akan disebutkan ciri-cirinya di bawah  ini:

Berpikir Radikal
 Kata radikal berasal dari bahasa Yunani, radix yang artinya akar. Jadi dapat diartikan bahwa berpikir radikal adalah berpikir sampai ke akar-akarnya atau berpikir sedalam-dalamnya bisa juga disebut berpikir secara mendalam. Dalam tradisi filsafat berpikir radikal digunakan untuk mencari penyebab pertama seperti yang dilakukan oleh Aristoteles yang mencoba berpikir mengungkap segala sesuatu. Bisa disimpulkan bahwa berfilsafat dengan cara berpikir radikal adalah berpikir sampai ke aar-akarnya, mendalam sampai pada penyebab yang pertama hingga menemukan hakikat dari segala sesuatu.

Berpikir Universal
 Universal artinya umum, menyeluruh, luas, dan melingkupi segalanya. Lawan dari universal adalah khusus atau partikular. Berpikir secara khusus bukanlah domain dari filsafat tetapi domain dari sains (ilmu pengetahuan). Walaupun tidak khusus atau tidak terspesialisasi filsafat tetap bisa masuk dalam ilmu-ilmu khusus sehingga ada istilah filsafat pendidikan, ekonomi, akuntansi, filsafat hukum, dan lain sebagainya. Misal dalam filsafat pendidikan, filsafat tidak hanya melihat pendidikan untuk individu atau orang di dalam satu negara saja. Namun untuk orang-orang yang ada di seluruh dunia, sama halnya ketika masuk dalam ilmu sosial, filsafat tidak membahas pada lingkungan sosial tertentu, tetapi lingkungan sosial secara universal.

Berpikir Rasional
 Berpikir rasional atau berpikir logis biasa disebut berpikir yang masuk akal. Berpikir rasional bisa juga disebut dengan berpikir konsisten, sistematis, sesuai dengan logika (benar menurut penalaran) dan kritis. Jadi filsafat itu rasional, masuk akal, logis, konsisten, sistematis dan kritis. Contohnya  antara pernyataan awal dengn kesimpulan tidak bertentangan. Apabila filsafat mengatakan bahwa Tuhan itu adil sampai pernyataan terakhir pun Tuhan itu tetap adil. Lawan dari rasional adalah irasional atau tidak masuk akal Pernyataan awal selalu bertantangan dengan kesimpulan.

 Karena filsafat dicirikan berpikir rasional maka pertanggung jawaban kebenaran filsafat adalah dihadapan akal. Atau kebenaran filsafat tergantung pada masuk akal atau tidak. Jika dalam berpikir diketahui tidak masuk akal, tidak konsisten dan sistematis biasanya akan mendapat kritikan dari filusuf lain, ini lah ciri berfilsafat yang kritis tak jarang seorang filusuf mengkritisi pemikirannya sendiri. Maka dari itu sejarah pemikiran filsafat adalah sejarah yang mengagungkan akal dan kritik terhadap akal.

 Itulah ciri-ciri berpikir ala filusuf yang radikal, universal dan rasionak. Ketiga ciri tersebut harus digunakan ketika seseorang sedang berfilsafat. Maka dari itu berlatih berpikir filsafat sangat penting dilakukan oleh seorang pemula dalam belajar filsafat untuk mengasah dirinya agar bisa menghasilkan pemikiran filsafat dan menjadi seorang filusuf.


Penulis adalah admin blog penaperadaban.