Presiden pertama Republik Indonesia Ir. Sukarno terkenal dengan pemikirannya yang revolusioner. Murid dari HOS. Cokro Aminoto ini sejak muda adalah pribadi yang tekun dan penuh perjuangan semasa hidupnya. Aktiv dalam gerakan politik mempersiapkan kemerdekaan, sejak muda sudah biasa keluar masuk penjara untuk diasingkan oleh pihak Belanda karena orasinya yang provookatif berpotensi untuk membangkitkan semangat perlawanan terhadap penjajah. Karakternya terbentuk saat ia melanjutkan sekolah dan harus indekos di rumah HOS .Cokro Aminoto, selain sebagai pemilik kos Cokro Aminoto adalah guru yang terlibat langsung membentuk pribadi dan pemikiran Sukarno saat itu. Sukarno muda adalah sosok pemikir ia sangat gemar membaca buku bahkan saat diasingkan oleh Belanda ia membawa banyak buku yang disimpan dalam kotak peti. Membaca sudah menjadi rutinitasnya saat dalam pengasingan pemerintah kolonial.
 
 Tokoh-tokoh besar yang sangat berpengaruh dalam pembentukan pikiran Sukarno saat itu adalah Karl Marx dengan basis teori  matrealisme dialektika historis (MDH) dan Michail Bakoenin seorang pelopor anarkisme, Bakoenin menekankan bahwa perjuangan proletar harus melibatkan kaum petani. Proletar adalah kaum buruh yang tidak memiliki alat produksi ia hidup karena bekerja pada tuanya atau majikannya. Sedangkan kaum tani dan pedagang kecil sebenarnya memiliki alat produksi sendiri namun ia tertindas oleh sistem ekonomi yang tidak berpihak baginya. Dari sinilah awal mula Sukarno mencetuskan ide tentang Marhaenisme. Ciri khas pemikiran Sukarno saat itu adalah menjunjung tinggi persatuan, anti imperealisme, sosialisme dan nasionalisme.

 Marhaen sebenarnya adalah nama dari seorang petani yang ia temui. Saat itu ia memutuskan untuk tidak pergi kuliah hal ini sering dilakukan oleh Sukarno karena terlalu sibuk dengan kegiatan politik. Saat berkeliling dengan sepedanya  hingga sampai di selatan Kota Bandung ada suatu daerah pertanian yang padat dimana para petani bekerja di sawahnya yang sempit kurang dari sepertiga hektar. Perhatinya tertuju pada seorang petani yang sedang mencangkul sawah miliknya.Ia seorang diri penampilanya lusuh. Gambaran khas ini menjadikan cerminan rakyatnya. Sukarno menghampiri petani itu dan mengajaknya berbincang-bincang dan menanyakan apakah swah ini miliknya? apakah cangkul yang dipakai adalah miliknya? petani itu menjawab bahwa sawah dan cangkul yang dipakai semua adalah miliknya. Walaupun semua alat produksi adalah miliknya, Sukarno tidak habis pikir kenapa kehidupanya tidak sejahtera, nasibnya malang. Sejak itulah Sukarno menyebut rakyat dengan sebutan Marhaen. Nasib rakyat yang malang diakibatkan oleh sistem feodal yang memeras, bahkan kaum yang bukan petani juga terkena imbas oleh impereaslime Belanda mereka hanya diberikan ruang gerak untuk usaha kecil dan hanya sekedar memperpanjang hidupnya. Di bawah ini akan dipaparkan peta pemikiran Marhaenisme yang dicetuskan Sukarno.


Marhaenisme (Sosialisme Ala Sukarno)
 Marhaen bagi sukarno adalah paham nasionalisme yang memihak pada rakyat kecil, tidak menjual tenaga atau pikiran pada majikan, berjuang demi nasibnya sendiri. Marhen bagi Sukarno berbeda dengan proletar, marhaen adalah rakyat yang memilki alat produksi sendiri walaupun dengan hasil yang kecil, ia bekerja untuk dirinya bukan untuk majikanya. Seperti petani yang memiliki petak swah kecil, pedagang kaki lima adalah gambaran marhaen saat itu. Marhaenisme bagi sebagian kalangan dipahami sebagai alat untuk memahami arah Pancasila. Marhaenisme juga memilki asas:
1. Sosio Nasionalisme
2. Sosio Demokrasi
3. Ketuhanan Yang Maha Esa
Ketuhanan atau semangat religius adalah alat kontrol terhadap dua asas, apabila nasionalisme saja akan berpotensi otoriter, apabila demokrasi saja akan melahirkan liberal. Ketiga asas tersbut jika diperas menjadi eka sila: gotong royong

Nasionalisme
 Keniscayaan rakyat bahwa kita satu  bangsa maka dari itu jangan sampai ada semangat primordial. Kita harus sadar sksn keadaan masyarakat yang menderita karena penindasan dan sadar akan perlawanan terhadap penindasan, agar bisa meruntuhkannya dan lahir masyarakat baru yang adil makmur tanpa penderitaan. Nasionalisme memiliki tiga aspek yang biasa disebut "TRISAKTI":
1. Aspek politik, yang menekankan jangan sampai kita didominasi bangsa asing dalam segala hal (Berdikari)
2. Aspek sosial, jangan mau dieksploitasi dalam hal ekonomi oleh pihak asing
3. Aspek budaya, jangan lupakan kepribadian bangsa atau mental keindonesiaan

Demokrasi
 Sukarno tidak menghendaki demokrasi liberal yang hanya melahirkan kekacauan dan kesenjangan sosial. Penguasa dari demokrasi liberal hanyalah kaum pemodal yang bisa menguasai semua lini. Demokrasi dalam ekonomi harus bisa melindungi ekonomi rakyat secara menyeluruh, demokrasi politik adalah kebebsan menentukan pilihan secara sadar.

Prinsip Perjuangan Marhaenisme
1. Non kooperasi, maksudnya adalah jangan kerjasama dengan musuh 
2. Machvorming, artinya menyusun kekuatan dengan pemetaan sumberdaya    
3. Masa aksi, maksudnya adalah gerak bersama (semua kerja)      
4. Radikalisme, artinya dalam melakukan sesuatu harus totalitas jangan setengah-setengah
5. Semangat mengelola sumber daya yang dimiliki
6. Memiliki kepercayaan diri

Revolusi Marhaenisme  
 Revolusi marhaenisme ada beberapa tahapan diantaranya adalah. Tahap nasionalis demokratis, bahwa kemerdekaan harus dicapai untuk kesatuan NKRI. Tahap kedua adalah sosialisme Indonesia, tahapan ini membangun NKRI dalam segala bidang untu kemakmuran rakyat. Tahap ketiga adalah masyarakat dunia baru, tahapan ini menjadikan tatanan dunia lebih adil dengan tidak berpihak pada kaum pemodal


Penulis adalah mantan aktivis mahasiswa
Sumber; Buku Sukarno Penyambung Lidah Rakyat