Bagi kalangan yang menekuni dunia politik baik sebagai pengamat, akdemisi dan praktisi politik pasti mengenal tokoh yang bernama Niccolo Machiaveli. Ia lahir di Florence pada tahun 1469 saat usianya 25 tahun ia sudah memasuki dunia politik dan menempati posisi tertinggi sebagai diplomatik. Dan sempat kehilangan pekerjaanya karena pergantian kekuasaan yang dilakukan secara paksa. Machiaveli sering dikemukakan sebagai pemikir yang tidak mengindahkan nilai-nilai moral karena dasar pemikirannya yang bercorak empiris dan pragmatis. Pola pemikirannya selalu berorientasi pada hasil, apapun cara yang ditempuh, ambil semua kesempatan apapun caranya begitulah corak pemikiran machiavelian.
   Machiaveli dalam pemikiranya tidak pernah membicarakan tentang moralitas tapi realitas. Corak pemikiran ini lahir karena praksis politik yang sedang terjadi di negaranya. Banyak kalangan yang memberikan kritik terhadap pemikiranya karena tidak mengindahkan moralitas dalam pemikiran politiknya, pendekatan yang digunakan cenderung menggunakan pendekatan medis bukan etis. Contohnya apabila ada sekelompok yang mengancam stabilitas politik dan mengancam kekuasaan maka kekuatan itu harus dihancurkan atau disingkirkan agar tidak merusak tatanan. Pendekatan ini dirasakan terlalu kejam dalam dunia politik karena cara apapun akan ditempuh agar seseorang bisa merbut kekuasaan dan mempertahankan kekuasaan. Machiaveli menguraikan beberapa pokok pemikiran tentang seorang pemimpin diantaranya sebagai berikut.

Pemimpin yang Bijak

    Machiaveli mengawali pembahasan tentang pemimpin dengan menganalisa watak asli manusia (Human Nature). Bahwa watak manusia yang asli diantaranya adalah:
  1. Tidak tahu terimakasih
  2. Tamak
  3. Suka menyembunyikan sesuatu
  4. Tidak tahan menderita

Sifat manusia seperti yang disebutkan di atas harus diberi aturan, paksaan, siksaan bahkan disingkirkan agar memiliki rasa takut. Maka dari itu ada dua konsep yang harus dipahami bagi seorang pemimpin ketika akan berkuasa, dua konsep tersebut adalah virtu dan fortuna.
Virtu adalah kecerdikan. Kecerdikan merupakan kualitas personal yang harus dimiliki seorang pemimpin. Cerdik, taktis, dan punya banyak dukungan
Fortun adalah istilah lain dari keberuntungan. Seorang pemimpin harus sadar betul bahwa ada kekuatan lain yang bersumber dari luar dirinya.

Ciri Pemimpin yang Memiliki Virtu
  1. Rajin dan paham politik
  2. Cerdik saat berhadapan dengan kawan dan lawan
  3. Ahli perang (strategi dan taktik)
  4. Ahli diplomasi
  5. Tidak bergantung pada nasehat orang lain, semakin tergantung pensehat menunjukan lemahnya pemimpin
  6. Mandiri dan kharismatik
Pemimpin yang Cerdik dan Rakyatnya

   Pada pembahsan ini akan dipaparkan strategi Machiaveli dalam mengatur rakyat agar kekuasaan bisa terus berjalan tanpa ancaman dari pihak yang ingin merusak tatanan dan stabilitas politik dalam negara. Strategi yang pertama adalah membangun wilayah dengan mengkampanyekan program yang paling diminati dan paling dibutuhkan oleh masyarakat. Agar wilayah kekuasaan semakin kuat dan bila perlu cara-cara yang tegas dan keras harus diterapkan agar rakyat patuh. Pemimpin harus paham bahwa keberhasilan suatu program kerja harus diperlihatkan kepada masyarakat agar publik terpesona dengan program yang sudah dicapai maka secara otomatis citra baik bagi pemimpin akan terbangun dan rakyat akan memberi kesan bahwa pemimpinya sudah berhasil. Setelah citra ini terbangun maka dukungan akan terus mengalir dari rakyat dan tidak perlu takut akan serangan kelompok lain selama rakyat terus mendukung. Agar kekuasaan bertahan lama maka harus mewaspadai semua orang termasuk orang terdekatnya apalagi saat dukungan politik melemah.