Prof.Kuntowijoyo adalah seorang budayawan, sastrawan, dan sejarawan kelaihran Bantul Yogyakarta pada 18 September 1943. Semasa hidupnya beliau menempuh pendidikan sarjana di Universitas Gajah Mada (UGM),dan menempuh pendidikan pasca sarjana di Amerika serikat hingga tahun 1980.Beliau sangat produktif menulis dan menghasilkan banyak karya, dari karya-karya beliau ada gagasan penting mengenai ilmu sosial profetik. Bagi Kuntowijoyo di Indonesia ada tantangan bagaimana menghadirkan ilmu sosial yang mampu melakukan transformasi (perubahan) mendasar. Karena ilmu sosial selama ini mengalami kemunduran dan membutuhkan alternatif solusi, dan yang dibutuhkan tidak hanya ilmu  sosial yang sebatas menjelaskan fenomena sosial namun harus mampu memberi arah kemana transformasi dituju.
 Maksud dari arah transformasi yang dituju adalah, bagaimana caranya, siapa pelakunya. Ilmu sosial dalam perkembangannya selalu berubah dan kompleks (bersifat dinamis). Krena dimensi dari ilmu sosial diantaranya adalah dinamika kehidupan manusia atau masyarakat yang sellau berhubungan dengan dimensi lain dan saling mempengaruhi kehidupan manusia tersebut. Ilmu agama dalam kerangka pemikiran profetik menjadi landasan gagasan beiau, ilmu agama yang digunakan untuk transformasi sosial inilah yang akhirnya melahirkan gagasan ilmu sosial profetik
 Sampai saat ini perkembangan sosiologi dari barat belum tentu cocok apabila diterapkan untuk menganalisa berbagai persoalan masyarakat di Indonesia. Ilmu sosial profetik juga memiliki peluang sebagai paradigma baru. Maxsisme menawarkan paradigma baru dengan kaidahnya mengenai basis material dan kesadaran atau yang biasa dikenal structure dan superstructure, dengan menyatakan bahwa struktur menentukan superstruktur. Keadaan ekonomi menentukan kesadaran. Feminisme yang banyak dipengaruhi oleh Marxisme mengatakan bahwa seks menentukan kesadaran.Ilmu sosial profetik membalikkan rumusan itu dengan meletakkan kesadaran di atas basis sosial, Marxsisme dijungkir balikkan.
 Pilar dari ilmu sosial profetik ada tiga yaitu:
1.amar ma'ruf (humanisasi)
2.Nahi munkar (liberasi)
3.Tu'minuna billah (transendensi)
 Liberalisme mementingkan yang pertama, Marxsisme mementingkan yang kedua, dan kebanyakan agama yang ketiga. Ilmu sosial profetik mencoba untuk menghubungkan ketiganya, yang satu tidak terpisah dari yang lain. Cara pandang profetik (kenabian) merupakan kaca mata yang digunakan dalam ilmu sosial profetik yang berarti, menjadi manusia pilihan yang sadar sepenuhnya akan tanggung jawab sosial, hidup dalam masyarakat dan melakukan kerja transformasi sosial atau melakukan gerakan pembebasan seperti para nabi. Bertujuan mengangkat harkat martabat manusia dalam segala bentuk penindasan dan diskriminasi. Membebaskan masyarakat dari kebodohan dan kemiskinan serta melakukan pencegahan terhadap tindak kejahatan yang merusak tatanan masyarakat.
 Pesan melakukan gerakan pembebasan ada dalam (Q.S. Ali Imron:110) yang artinya sebagai berikut " Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, meyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah". Ada empat hal yang tersirat dalam ayat itu, yaitu konsep tentang umat terbaik, aktivisme sejarah, pentingnya kesadaran, dan etika profetik. Umat Islam akan mencapai umat terbaik (Khaira Ummah) dengan syarat mengerjakan tiga hal tersbut terutama ketiga pilar dalam ilmu sosial profetik, humanisasi, liberasi, transendensi.


Penulis merupakan pemerhati gerakan sosial
Sumber tulisan diambil dari buku Muslim Tanpa Masjid karya Prof.Kuntowijoyo