"Pembiaran hasrat-hasrat rendah yang tak terkendali akan melahirkan malapetaka diri, sosial, dan kemanusiaan"

 Puasa sepenuhnya merupakan momen spiritualitas dan cara pengabdian kepada Allah yang paling ekslusif. Semua tindakan manusia dapat diidentifikasi dan dinilai oleh manusia sendiri kecuali puasa. Untuk tindakan pengabdian ini, Akulah yang menjalaninya. Demikian nabi pernah menyampaikan kata-kata Tuhan (baca: Hadis Qudsi). Dalam Islam momen istimewa itu diselenggarakan dalam satu bulan. Hari-hari selama itu disediakan Tuhan bagi mereka yang percaya untuk merenung dan berkontemplasi atas apa yang telah mereka tempuh dalam perjalanan hidupnya. Sesudah itu manusia diharapkan tampil kembali sebagai pribadi-pribadi yang berguna bagi kemanusiaan. Puasa sesungguhnya tidak hanya diajarkan Islam, tetapi juga agama-agama dan kepercayaan yang lain melalui tatacaranya masing-masing.
 Manusia seringkali menjadi makhluk yang lemah dan bodoh. Ia sering kali lalai, mudah tergoda, terperangkap, dan tergelincir kedalam tindakan-tindakan yang menyimpang. Seperti merendahan, mendiskriminasi, dan menzalimi orang lain. Manusia juga mudah tertarik dan tertipu oleh hasrat-hasrat yang rendah dan kesenangan sesaat (duniawi); memuja harta,jabatan, seks, golongan sendiri, keturunan dan lain sebagainya. Hasrat-hasrat diri ini amat sering melalaikan, memperdaya, menindas dan tak menghargai orang lain. Manusia acap kali tak mampu mengendalikan hasrat-hasrat rendah yang menyesatkan itu.
 Lihat, hari-hari ini di negeri ini, kita masih belum selesai menyaksikan kisah-kisah penderitaan manusia, hamba-hamba Tuhan. Masih begitu banyak masyarakat ini menderita dan terlunta-lunta karena kelaparan dan kemiskinan. Kita juga menyaksikan beragam tindakan manusia yang melukai sesamanya, baik di dalam rumahnya maupun di ruang bersama.
 Dalam kesempatan lain, kita juga sempat melihat rumah-rumah tempat Tuhan yang diagungkan dan dimuliakan dirusak dan dihancurkan hanya karena mereka punya keyakinan yang berbeda dan dianggap kecil dalam komunitasnya. Berhari-hari kita membaca betapa banyak hasil jerih payah dan keringat orang-orang lemah diambil begitu saja, baik secara terang-terangan maupun diam-diam hanya karena mereka dianggap tidak tahu, dianggap tidak penting dan tak punya kuasa.
 Puasa adalah momen perenungan diri atas hasrat-hasrat yang rendah. Puasa itu menderitakan sekaligus memulihkannya. Pembiaran hasrat-hasrat rendah yang tak terkendali selalu akan melahirkan malapetaka sosial dan kemanusiaan. Puasa, pada sisi lain merupakan momen melatih sensitivitas pikiran, hasrat, dan tindakan agar selalu terkontrol dan terkendali.
 Saat puasa akan berakhir yakni pada sepuluh hari terakhir, bagi jiwa-jiwa yang tercerahkan merupakan hari paling mendebarkan. Kekasih sebentarlagi akan pergi. Ruang-ruang tempat sujud itu akan menjadi temaram. Para malaikat akan turun dan hadir di masjid, beribadah, dan mendoakan ampunan serta rahmat bagi orang orang yang mencintai seluruh ciptaan Tuhan. Jiwa-jiwa yang tercerahkan akan segera bergabung. Perenungan mereka semakin dalam dan mereka mendesah


Penulis adalah hamba Allah
Tulisan bersumber dari karangan KH.Husein Muhammad dalam menyusuri jalan cahaya